Minggu, 23 Desember 2012

Cerpen


Nasi Kucing Buat Ibu

“Aku bosan makan ikan terus, kapan sih buk kita makan ayam goreng, kayaaaak temen-temen aku, kentucky buk......... aku pengen kentucky”
“Kalau kamu ga mau makan, ya sudah......... ga usah banyak komplen”
”Ibuk ga sayang ya sama aku?”
”Anakku........mana ada ibu yang ga sayang sama anaknya. Tapi kita harus bersyukur, nak... Apa yang kita punya sekarang adalah nikmatNya yang harus kita syukuri, kita ga boleh mengeluh. Jangan cuma lihat teman-teman kamu yang makanan nya lebih enak, tapi coba lihat.......”
”Udah deh..........panjang banget ceramahnya. Toh aku tetap ga dibelikan ayam goreng kentucky”
Akupun pergi meninggalkan ibu dengan air matanya yang tertahan. Aku tahu ibu sedih, tapi seharusnya ibu lebih tau dong kalau aku lebih sedih. Sejak kakak kuliah, ibu selalu menghemat uang, makanan kami jadi seadanya. Ayah juga.....selalu pulang malam, tapi ga pernah bawa makanan enak lagi seperti dulu. Semua untuk kakak, semua untuk kakak, untuk akunya mana??? Kalau ayah ga sanggup jadi supir angkot lagi, biar aku yang gantikan. Toh aku bisa kerja, aku pasti bisa dapat uang lebih banyak daripada ayah.
Aku terus berjalan, terus menjauh dari rumah, berjalan menyusuri lorong-lorong bangunan. Aku sudah bertekat bulat tak akan pulang lagi, sampai ibu dan ayah sadar kalau aku dan kakak adalah anak mereka yang ga boleh dibeda-bedakan.
Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, hingga tiba-tiba seseorang mengikat tanganku dari belakang.
“Serahkan semua yang kau miliki”
”......aaampun bg, aku ga punya apa-apa. Aku pun mau lari dari rumah bang... Tolong jangan sakitin aku”
”Banyak bacot lo.....”
Dia menggeledah seluruh tubuhku, tak ditemukannya apa-apa selain 3ribu rupiah sisa uang jajan sekolahku tadi. Kemudian dia langsung kabur.
Aku mengejarnya........ namun langkahnya terlalu cepat.
”Bang........aku ingin berteman”
Dia menghiraukanku begitu saja, namun aku tetap mengejarnya.
Diujung jalan, nafasku ngos-ngosan. Kulihat dia diseberang sedang membeli nasi kucing.
”Ya Allah.......kasian sekali, dia lapar” bisikku dalam hati.
Aku terus mengikutinya diam-diam. Dia berjalan ke arah gang, melompati jalan berparit yang bauk, lalu menuju sebuah rumah kumuh yang hanya sebesar teras rumahku. Aku tetap memperhatikannya dari jauh.
”Ya Allah........betapa miskinnya dia” bisikku lagi
“Ibu................nanda pulang bu, nanda bawa makanan bu....ibu makan ya......”
Seorang ibu-ibu tua keluar, berjalan tertatih-tatih dengan sebuah senyuman. Si anak menangis memeluk ibunya.
”Alhamdulillah nak, kita bisa makan. Ibu lapar sekali”
“Ya Rabb............apa ini??? Apa yang kulihat ini adalah sebuah mimpi atau sebuah kenyataan. Pelajaran ini sungguh berharga, Tuhan..... Anak itu rela mencuri hanya untuk membelikan makanan buat ibunya. Sementara aku?? Ayah bersusah payah mencari nafkah, dan ibu sudah rela memasakkan ku, dan aku hanya tinggal makan saja pun susah.... selalu mengeluh.....padahal aku bisa makan enak, bisa makan ikan.... tapi.....ampuni aku ya Rabb.....ampuni hambamu yang hina ini” Aku tak kuat menahan air mata.
Aku berlari pulang.........
”Ibu..............maafkan aku”